Catatan Kecil di Senin Pagi
Kupahat
apa yang terlintas di kepala
mataku menumbuk
cikal bakal cerita
hingga jadi serbuk
Kelak kutabur bersama
genangan pekat
Kantuk masih meraja
pelupuk serasa
diganduli batu
mata seperti sepet
mengajak pejam
seakan belum puas
tidur semalam
Padahal semalam
aku tak begadang
semalaman suntuk
sebab kantuk mematuk
kuat-kuat pelupuk
tak ayal lelap memeluk
dan aku pun takluk
Aku seperti masih ingin
menginstirahatkan tubuh
rebah dan enggan
melakukan apa-apa
namun rutinitas tak dapat
diajak kompromi
alhasil aku menyerah kalah
Tuntutan hidup
serta sederet kewajiban
yang harus dipenuhi
tertera di kepala
seperti alarm riuh
menyentak kepala
dan terus bergema
memecah kaca bening pagi
Kusingkap selimut malas
bersihkan diri rapih-rapih
tak sempat sarapan
terlebih mematut diri
di muka cermin
tancap gas sontak
malas terkelupas
Semangat yang semula
melempem seperti roti gembos
kini tiba-tiba membuncah
seperti sepasang kaki
anak kijang bertungkai jenjang
berlari amat kencang
di ruas jalan membentang
Pagi ini aku
kembali bertarung
di arena taklukan mimpi
yang ganggu lelap tidurku
berharap kelak di suatu waktu
aku dapat memetik
kuntum indah mimpi
Yang kutancap di Arteri
Selamat pagi Mentari
Selamat pagi Bumantara
Selamat pagi Mayapada
Selamat pagi Aa Dwi Shaban Sulistiyanto