Sawah di Mata Abah
Mata abah berisi
petak-petak sawah
rumpun padi merunduk
digelayuti bulir-bulir emasnya
Abah duduk di tengah sawah
di saung bilik nan mungil miliknya
mereguk kopi hideung sareung udud
sembari matanya melumat
Sepotong pisang goreng
yang terkapar di atas piring
dan sedari tadi di bawa ambu
dari rumah yang agak jauh dari sawah
Pipi Abah kemong
disesapnya rokok kawung
dalam-dalam lantas dihembuskan
seraya jemari keriput abah mencomot
Pisang goreng haneut
dengan posisi menantang melintang
terlalu sayang dibiarkan teronggok
sedang ambu telah membuatkannya
Sebagai kawan minum kopi
maka digigitlah dengan sepenuh
rasa nikmat manis pisang goreng
berpadu kopi agak pahit serta
Selinting rokok kawung
adalah kenikmatan tiada tara
dan luar biasa sambil dikipasi
angin sawah bertiup sepoy-sepoy
Sawah di mata Abah
terpahat lekat di nadi-nadi
para penandur yang kerap tempur
di antara becek genangan lumpur
Abah dan sawah
geliat denyut sahaja jantung hidup
cenderung apa adanya tak neko-neko
jalani, nikmati dan syukuri
Bukan hidup belaga kaya
namun jiwa sejatinya compang-camping
laksana seonggok kain perca lusuh
menatap sejuk mata abah sebab ada sawah