Pus
Pus . . .
lembut halus helai bulumu
bulat membesar manik matamu
seperti ada serpihan gemintang
tercecer di dalamnya
elok tiada tara buat siapapun
mendaratkan tapak lengan
guna mengelus lebat bulumu
kau disayang-sayang
dimanja-manja tak tebilang
bahkan dihujani kecupan
lantaran lucu serta imutmu
dibawa kesana-kemari
dipertontonkan penuh kebanggaan
Namun ketika kau
terkulai tiada berdaya
satu demi satu
helai bulumu rontok
matamu meramu sayu
seolah gemintang
di dalamnya enggan berpijar
kau pun tampak layu
diam penuh bisu
takada lagi riuh miaw
bernada manja serta
tak lagi lincah seperti dahulu
tatkala tubuhmu belum
dihinggapi penyakit
merampas paras elokmu
hingga kehilangan seri
yang ada hanya aroma
tak sedap di atas
raga yang kian ringkih
seiring mereka tega
membuangmu begitu saja
dan menggantinya
dengan pus yang baru
yang molek dan berpalas lucu
lagi menggemaskan
Ah pus malang nian nasibmu
H 3 R 4
Jakarta, 12/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H