Tebing-tebing Keangkuhan di Antara Kerdil Jiwa
Berdiri tinggi menjulang
tebing-tebing keangkuhan
pada selembar langit hati
seolah tak sudi tertandingi
Cermin diri mungkin
retak atau bahkan pecah
hancur berkeping menyisa
cecer remah beling tajam lukai
Lihatlah dengan mata telanjang
atap langit jauh lebih tinggi
takada yang kuasa menandingi
namun ia enggan memahat pongah
Meski seekor binatang melata
berjalan merangkak di bawah
kolong langit miliknya
tak secuil ia menepuk dada
Banyak-banyaklah bercermin
atau pabila tak miliki cermin
beli saja di toko pecah-belah
lantas bercermin sepuasnya
Pantaskah menyulam
benang-benang angkuh
terlanjur menjadi urat nan lekat
dan menyatu dengan daging
Atau mungkin kau miliki cermin
tergantung di dinding hati
yang telah amat kusam
hingga tak kuasa melihat tajam
Atap langit teramat tinggi
menatap jiwa--jiwa kerdil
dengan pakaian sehelai pongah
lantas bergagah-gagah
Namun akhirnya terjerembab
H 3 R 4
Jakarta, 12/10/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H