Kau Melukis Huma di Kepala
Kau mendamba
miliki hunian dengan
daun pintu dan jendela
tempat kau memasukkan
dan meletakan kenangan
Menyimpannya dalam
ruang-ruang tersedia
di mana setiap sudutnya
dialiri kehangatan merambat
hingga ke dalam urat
Rumah dengan jantung, jiwa
dan denyut nadi pemilikmya
bukan sekedar tempat berlindung
dari panas terik serasa mencekik
tempat hangat memeluk
Lebih hangat dari kecupan
mentari pagi di kening
kupu-kulu lurik dan di kelopak
bunga bermahkota bulir embun
yang serupa serpihan kaca
Kau inginkan rumah
dikelilingi pagar kebersamaan
bukan tembok-tembok tebal
individualis buat rasamu
serasa diiris seiris demi seiris
Beratap teduh lebih teduh dari
rindang pohong beringin
yang kian hari kian tumbuh kokoh
di samping atau pun dii pelataran
rasa di tanah jiwamu
Kau melukis rumah di kepalamu
di antara tertegun serta damba
yang tak pupus meski waktu hangus
disulut dan dibakar bara surya
di antara dengus dan hasratmu
Tak seujung kuku tergerus
H 3 R 4
Jakarta, 04/2022