Bibir Perempuan, Cermin Muka dan Batang Lipstik yang Patah
Aku berias memulas Lipstik tipis-tipis warna merah bata, lantas kurekatkan bibir bagian atas bawah sesekali agar merata.
Sambil berkaca pada cermin kecil yang acapkali kubawa serta, dan menghuni tas kecil hingga batang lipstik nyaris tandas.
Gelas bertungkai jenjang di hadapanku menatap bisu hanyalah ia yang tahu berapa lama aku mematut diri pandangi wajahku.
Dengan lengan menopang di atas meja dan ujung batang lipatik tengah asyik menggerayangi bibir mungil bak jambu terbelah.
Tak butuh waktu lama bersolek memahat wajah pada permukaan cermin bening, memulas rupa hingga berseri.
Seindah rona mentari di ufuk pagi datang bertandang di serambi, tanpa sepatah kata ucap permisi lantas pergi menjauhi.
Terlebih bibir yang semula pucat sepucat warna dinding-dinding rumah
sakit, kini telah berganti rupa nampak ranum.
Bibir perempuan, cermin muka dan batang lipstik yang patah, melenceng mengenai gigi serta pipi. mencipta garis merah.
Dan genangan pada gelas kristal adalah rindu mengental di asa dan harap yang mungkin telah menguap. Di meja waktu nan kaku
H 3 R 4
Jakarta, 21/08/2022