Kidung Nestapa Arunika
Mata masih digelayuti sembab
lebam masih menghiasi area netra
sungai air mata yang meleleh
belum sepenuhnya mengering
adapun sesayat luka masih menganga
derita nyata terpahat pada raut wajah
yang kerap disambangi nelangsa
yang acapkali dicumbui keparat duka
sejak saat itu tawa renyah Arunika
tak pernah terdengar lagi
seolah lenyap dibawa pergi
kawanan burung liar terbang tinggi
bola mata kian redup bak pijar lampu
nyalanya nyaris sekarat
di ujung luka tak kunjung terbebat
Arunika memeta jalan hidupnya
yang seakan penuh liku bak
tengah memasuki koridor
panjang nan teramat gelap
lintasi sesak isak serta mengeja
makna dalam kening hening yang
menjadikan diri tak ubahnya
sekedar samsak bernyawa
bukan seorang permaisuri
dalam rumah tangga
tangan-tangan kenyataan
buatnya rasakan tajam sembilu
H 3 R 4
Jakarta, 10/6/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H