Di Lorong Ketakutan
Ia masih enggan bersuara
mengawali cerita menguak tabir
perihal lebam pada sekujur tubuhnya
Sesekali tubuh didapati
bergetar hebat dan sepertinya
ia ingin sembunyi dari sesuatu yang
Menakuti dan tak hanya
buat hela nafasnya memburu
namun juga buatnya tak nyaman
Didekapnya erat boneka
seakan sedikit menghalau cemas
di antara gerigi traumatis nan beringas
Pikirnya masih berada
di lorong panjang ketakutan
buat ingin berlari sejauh mungkin
Aniaya atas diri mencipta
sesayat trauma di antara sela
luka-luka di jiwa memar yang tiada
Pernah akan memudar
meski tapak kaki waktu berlalu
dan mentari tetap dengan hangatnya
Di lorong ketakutan
kengerian tak kunjung enyah
meski masa terus saja mengunyah
Lebam tandamata
sebuah aniaya yang kan
diingatnya sepanjang usia
H 3 R 4
Jakarta, Â 03/06/2022