Kita Pernah Tersesat di Lorong Hitam
Kita sama-sama pernah terperosok
di kehidupan kelam
mereguk arak dari pialang-pialang
kesedihan tertuang
namun mulut tak meracau meski
pikir tengah kacau
Kita pernah jalan bersisian ikuti
sepanjang bantalan rel
berkelok dan memanjang lantas
menatap sorot mata
serupa belati serasa menguliti
karena kita tak lebih
"Seorang Bajingan Tengik"
Kita anak-anak rembulan diasuh
kelam malam dan
ditikam tatap mata benci hingga
ke pembuluh nadi
Namun kita tak ambil peduli sebab
hidup bak lecut cemeti
Kita lebih keras dari batu karang
berdiri tegak di lautan
dihantam telak gelombang datang
hempas buas pesisir
ditampar segara tak tumbang dan
tetap tegak berdiri
"Hitam putih hidup kita yang jalani"
Kita sama-sama pernah tejerembab
di lorong hitam laksana
jelaga sungguh kelam dan tersesat
di persimpangan dan
tak tahu kemana arah pulang hingga
tersesat kian dalam
Tercebur di lumpur hina dina serta
berkubang didalamnya
sampai saat kita temukan seberkas
cahaya terang menuntun
pulang menuju sebaik-baiknya tempat
"Meniti jalan Taubat, nikmati manisnya Iman"
H 3 R 4
Jakarta, 13/5/2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI