Pak Tua dan Sekantung Remah-remah Roti
Seperti biasanya . . .
pak tua kerap berdiri di tepi dermaga
sehelai kainnya bergerak-gerak
dihempas jemari nakal segara
terkadang jahil menerpa buat kain
sarung laksana sehelai bendera
di tiang katrol
Pak Tua . . .
sedianya menggengam sekantung
pakan guna diberikan pada
sekawanan camar liar yang kerapkali
terbang merendah tak jarang
melintas persis hanya sejengkal
di atas kepalanya lalu
mencipta kerumunan dan
ditebarkannya pakan
Maka tak lama kawanan camar
menyerbu penuhi dermaga
mematukkan paruhnya mengais
remah-remah roti yang telah
disobek hingga berukuran kecil
dan alhasil camar layaknya
tengah berpesta pora di serambi pagi
Pak Tua . . .
kerap berderma sekantung
remah-remah roti ada sejumput
bahagia tak terperi meresep
ke celah-celah pori nurani serta
menelusup pembuluh nadi
lapangkan hati menghibur diri
seraya dileparkannya pandangan
melumat bebatuan karang
Serta menanti peristiwa alam
berupa pagelaran kolosal di mana
pena senja cecerkan tinta jingga dan
semburatnya meledak di atas rupa
semesta menyublim indah membias
di sepasang netra yang dilumuri
binar bahagia membuncah
Indahnya berbagi kendati hanya
sobekan-sobekan roti
H 3 R 4
Jakarta, 5/4/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H