Di Atas Batang Lilin Terbakar
Di atas meja bundar
teronggok kue tart
berukuran tak seberapa besar
permukaan kue tampak
dihiasi batang-batang lilin
berbentuk ulir dengan
cahaya sesekali meliuk
dan berpendar yang nyalanya
memantul di bening bola mata
Takada pesta dipenuhi
riuh tawa memecah dinding sepi
serta takada denting
gelas berkaki jenjang beradu
berisi genangan wine
hanya ada meja bundar
kursi kayu serta aku
dan siluetku sendiri
mencetak di dinding samar
Di antara bias cahaya temaram
di riuh nan sepi
sepasang netraku menyaksi
batang-batang lilin
lahap dilumat api
serta ujung sumbu yang
menghitam hangus
ulah lidah api nan rakus
menjilat hingga pekat
Takada kegembiraan
di hari nan istimewa hanya aura
sendu menganyam pilu
memintal jaring-jaring lara hati
takada senyum mengembang
di sudut bibir tak bergincu
yang ada hanya sekerat getir
seraya kutelan ludah
sebab tenggorokan rasa tercekat
Di atas batang lilin menyala
dikitari gundah gulana
kurasakan nelangsa
laksana cancer ganas
menggeragoti sukma
hingga tanpa terasa
kedua mataku panas dan
pipiku pun hangat sehangat
lahar kesedihan turun perlahan
Di atas batang lilin terbakar
ada harap yang kian samar
H 3 R 4
Jakarta, 4/4/2022