Juwita Bisu dan Angin Menderu
Juwita bisu dari waktu ke waktu
meski begitu ia jadi teman
berbincangku tatkala
berurai bulir-bulir
permata bening
teteskan lara
di sembab
kelopak
mata
Dan angin menderu tak sungkan
menyeka air mataku hingga
kering pada kedua belah
pipi ranumku ditiupan
embus ajaibnya di
sela silir lembut
penuh pagut
rindu pun
tersulut
Pada hening aku larung sejumput
rasa ingin sua yang menggila
membahana mencungkil
biji mata sepiku lalu
sontak buta dan
tak dapat lagi
menyaksi
seputih
kasih
Juwita bisu berkarib angin menderu
menelusup pori sepi pada kalbu
buat rindu ciptakan sekerat
ngilu di syahdu kidung
serasa menyayat hati
menyeduh tatapan
sendu dan jiwa
dalam balut
tirai pilu
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 16/03/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H