Bulir-bulir Air Pecah Membentur Kaca Jendela
Bulir-bulir air pecah membentur kaca
bak pecahan kenangan tercecer
buram kaca jendela diusap
kabut terjerembab dari
mata langit sembab
Sepotong hati nelangsa hanyut ikuti
lekuk sungai sukma berkelok
hingga nun jauh tersesat
di dalamnya tak tahu
arah dan tujuan
Ingatan terkelupas dan terhempas
mengingat masa menyeduh
seraut wajah pias dalam
sepenggal kenangan
menyisa ampas
Kian jauh lamunan terberai laksana
kepak sayap kupu-kupu terbang
tinggi menapaki susunan
anak tangga menuju
semesta khayal
Menatap butiran air tergelincir
seperti air mata terperah dari
pelupuk di atas lara jiwa
rindukan kehangatan
peluk erat raga
Mata langit masih menangis
seiring tipis rinai gerimis
tak henti-henti mengais
kenangan di pelipis
waktu nan sadis
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 12/03/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H