Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lecut Cemeti Bersarang di Tubuh Ringkih

10 Maret 2022   17:09 Diperbarui: 10 Maret 2022   17:14 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Manahil Shehzad@Pinterest.com

Lecut Cemeti Bersarang di Tubuh Ringkih

Dasar
Anak Bodoh
dungu
bebal
tak tahu diuntung

Ujarnya....
muntahkan segenap amarah
seraya keluarkan kalimat
bernada umpatan serta
berondong sumpah serapah
dari mulut sampah
beraroma tajam arak

Sementara biji mata
melotot seakan hendak
melompat keluar
di balik mata memerah
terlihat kilatan amarah
murka yang berapi-api
seperti hendak mencengkram
erat dan menelan mentah-mentah

Serentet perkataan
penuh hardik ditujukan
pada bocah kecil dengan
kepala tertunduk lemah
seraya menutup wajah
bersandar di pojok ruang
yang seakan membuatnya
kian merasa tersudut

Sementara pria itu
tak henti meracau
di antara ceguk mabuk
seraya lengan kokoh
genggam cambuk
ujung cemeti tak ragu
dihempaskan dan
tak ayal mendarat
di tubuh nan ringkih
bocah kecil pun
meringis kesakitan

Menahan pedih perih
lecut ujung cambuk
seakan tak tertahan
lantaran tapak-tapak
cemeti tertera di tubuh
hasil amuk atas aniaya diri
menyisa bilur-bilur luka

Luka pada jaringan parut kulit
mungkin dapat disembuhkan
seiring perjalanan derap kaki masa
namun luka hati akan selamanya
membekas dan mengkerdilkan jiwa
buat sukma lamat-lamat merupa
sekeras batu di atas harga diri
terinjak selamanya kan mengingat
segores trauma terpahat

* ) Stop kekerasan pada anak-anak
   
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 10/02/2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun