Kenangan Bergentayangan
Gedung tua tak berpenghuni
terkesan suram di antara lembab
dinding-dinding terkelupas laksana
borok menahun benyek lagi bernanah
Plafond nyaris ambruk
yang di mana reruntuhannya
kapan saja dapat menimpa kepala
sontak menderita amnesia lupa segala
Bangunan tua telah lama
ditinggalkan para penghuninya
yang seakan turut raib di telan bumi
dan tak tampak lagi batang hidungnya
Hanya menyisa kursi roda
bekas tak terpakai dan rusak
palang jari-jari tak hanya berkarat
namun patah yang patahannya lenyap
Serta kain dudukan
sobek dan tercabik dikoyak
tangan waktu yang bertalu bak
gagang palu mengetuk kepala waktu
Kusam seolah raut masa
mengejek dan bermuka masam
dalam kecut yang melecut bagaikan
cemeti tak henti mencambuk tengkuk
Dan kenangan pun
bergentayangan seperti hantu
di setiap ruang berdebu menggema
tawa mengikik tak ayal buat bergidik
Penjuru ruang serta
sudut-sudutnya memahat
hela nafas kehidupan terdahulu
mematri jejak-jejak sejarah terajah
Dalam beku waktu
dan sisa-sisa peninggalan
menguar aroma debu terhidu
seiring pijar lampu yang sekarat
Kenangan kerap
bergentayangan mencekik
batang leher ingatan buat nafas
tersengal di antara belingsat kelebat
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 04/03/2022