Kucing Hitam dan Eleanor Van Houten
Kucing hitam
sorot mata menyala
berdiri di atas batu nisan
di salah satu makam
keberadaanya muncul tiba-tiba
entah dari mana datangnya
tak disangka tak dinyana
kedua pasang mata
bak lampu senter menyorot
dalam pekat tak terlihat
di bawah temaram
cahaya purnama
menimpa jajaran makam
beton nan kokoh
terbalut realif kuno
suasana makam buat
kuduk merinding
dan serangga malam
gaduhkan semesta dengan
kidung kebangsaannya
mengalun orkestra
merobek senyap
seiring desau bayu berembus
menabuh dedaunan kering
yang gugur dari rantingnya
di antara deru gemerisik
mengusik ketenangan
terbitkan beribu bayang ketakutan
kucing hitam pun seketika raib
hilang dari pandangan
dalam sekali kedipan mata
buat bertanya-tanya
dimanakah gerangan ia pergi
lantas lari tunggang langgang
ambil langkah seribu
namun naas kaki terantuk batu
terjerembab dan rebah di tanah
dengan pelipis membentur
tepian batu nisan sesayat luka
teteskan getih dan dalam
pandangan buram serta
penglihatan ganda
tiba-tiba seekor kucing hitam
berdiri di hadapan
dengan seringai taring
nan amat tajam
tak lama jatuh terkulai
tak sadarkan diri
hingga esok pagi didapati
diri tengah tertidur
di area makam
seraya tapak lengan
menyentuh satu nama terpahat
Eleanor Van Houten
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 22/02/2022
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H