Lelaki Penyendiri, Lengkung Sabit Pasi dan Anak-anak Sepi
Lelaki penyendiri berkawan sepi
duduk termenung menekur diri
di atas sebongkah batu cadas hening
seraya menatap lengkung sabit pasi
gengam setangkup rindu dalam hati
yang sejatinya tak pernah basi
menepi dari hiruk-pikuk terang pagi
bercengkrama dan berdialog
dengan anak-anak sepi
dikitari senyap dibentengi tenang
menjerang malam hangati daksa
lengkung sabit pasi karib sejati
ketika cinta memilih menjauh pergi
dengan langkah tergesa dan
kemudian hilang di balik tikungan
hanya menyisa sesayat luka
takada sejumput benci
sebab benci telah dipatahkan
oleh kuat tangan-tangan penerimaan
lelaki penyendiri terus saja
berkelana dalam ruang-ruang hampa
mendekap luka menganga
yang acap kali alirkan darah
dan sekelumit perjalanan waktu
buat hatinya mengeras dan membatu
pada lengkung sabit pasi
dan sekawanan anak-anak sepi
ia melarikan diri dan lebur di dalamnya
dalam peluk erat hening
di selembar selimut malam
di langit berjelaga kelam
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 16/02/2022