AKU
*
Aku bak sampan kosong
tak membawa muatan
berpasrah diri tatkala
tubuh mungilnya
terombang-ambing
disapu gelombang
dipermainkan ombak
di antara riak serta
riuh air berkecipak
**
Aku laksana layang-layang
terbang tinggi ditunggangi
deru angin di antara riuh gemuruh
ikuti kemana angin membawa
dalam setiap hembusannya
melontarkan hingga jauh
namun tak berselang lama
luruh ke bumi dalam kondisi
tercabik dan koyak
***
Aku tak ubahnya api
yang meliuk di ujung sumbu
membakar hingga seutas
sumbu hangus tampak legam dan
tubuh lilin pun lamat-lamat
melumer rakus dilumat
lidah api nan ganas hingga
batang lilin menciut dan
lelehannya membeku di lantai
****
Aku seperti daun maple
yang luruh ke tanah
setelah puas dihempas angin
lalu jatuh terkulai
ringkih dan tak kuasa
berbuat apa-apa
selain menerima suratan takdir
terinjak derap kaki
mereka yang lalu-lalang
*****
Aku bak lampu kota menyala
terangi tubuh bentala
yang diselimuti sehelai
jubah kelam teramat pekat
dan terangi wajah malam
yang tampak muram
semuram waktu dalam sekam
dan yang kerap terdiam
memeta setiap sudut kota
******
Aku tetaplah aku
pemahat pecahan aksara
penenun serat kata
pemintal benang diksi
penguntai manik makna
penikmat saripati puisi
penyeruput genangan larik
penghidu aroma sastra
sebagaimana puisi takkan pernah mati
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 09/02/2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI