Ingin Ku Panah Purnama Pasi Di Ceruk Malam
Purnama pasi
bertengger di ceruk malam
diam bertahta dalam senyap
di tampuk singgasana
tak sedikitpun bergeming
diterpa silir bayu
tak henti menyapa
belai sebentuk raga
bulatan amat paripurna
ingin ku panah rembulan
dengan anak panah
yang ku regangkan dan
melesatlah ia dengan amat cepat
meski ku tahu anak panah
yang ku hempaskan
tak kan mungkin sanggup
melampaui tempatnya bertahta
ia akan terlebih dahulu
meluncur ke bawah
sebelum sampai menikam
dan lukai purnama pasi
sekeras apa pun usaha ku
tetap saja tak kan berhasil
menancapkan tajam
anak panah dari busurnya
seperti halnya tak mungkin
ku dapat menjaring angin
dengan selembar jala
yang ku bentangkan
sesuatu hal yang
mustahil terjadi
begitu pun miliki ragamu
hanya sebatas angan
aku hanya menjadi
pemilik hatimu
akulah pemenang atas
sepotomg gumpalan
merah hatimu serta
sebongkah rasamu
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 03/02/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H