Di Cangkir Kopi si Mbah ada Rindu Mengental
Tangan-tangan keriput si mbah
meraih kuping gelas dan memegang
piring tatakan bagian bawah kemudian
Bibir si mbah menyentuh pinggir gelas
perlahan diseruputnya genangan pekat
yang tak terlalu kental lagi suam-suam kuku
Sorot mata tua menerawang jauh
seakan menembus tebal dinding masa
membuat si mbah terdiam sesaat seraya
Menghela nafas panjang di antara
kerinduan yang kuat memagut kalbu
membuat si mbah terdiam seribu bahasa
Di dadanya menyimpan gemuruh
dalam kediaman si mbah ada riuh rasa
perihal rindu yang tak pernah terucap kata
Kerinduan tak lekang oleh waktu
rindu yang seakan menjelma menjadi
helai udara yang di hela di setiap tarikan
Dan embusan nafas yang serasa
hangat sehangat rindu memeluk erat
belahan jiwa telah tiada pergi mendahului
Si mbah rindukan suatu masa
di mana hangat bercengkrama perihal
sawah nan becek di mana lumpur dingin
Baluri sekujur kaki serta
panen raya yang selalu terbitkan
bahagia dan kepingan-kepingan syukur
Di antara petak-petak sawah tercetak
kini si mbah harus menuai padi di sawah
seorang diri tanpa kekasih sejati menemani