Tatap Mata Sampah Seakan Meludah
Abaikan tatapan sampah serta mulut-mulut sampah, yang isi kepala hanya terdiri dari sekumpulan sampah terserak di beranda otak
Usah peduli dengan mulut-mulut sampah beraroma, bau busuk comberan di pekatnya lumpur yang mencipta pendangkalan.
Layaknya isi kepala mereka yang turut serta mengalami, pendangkalan pula hingga tak lain hanya bisa lontarkan beribu penghinaan.
Kalimat-kalimat penghinaan yang bernada merendahkan, layaknya berondong peluru tajam dihempaskan tepat bersarang di hati.
Gaduh penghinaan malang melintang di sela langkahmu, iringi tatkala bertarung dengan kerasnya hari wujudkan mimpi sederhanamu.
Genggam erat sabar di antara semangat terbakar, layaknya cemeti mencabuk bumi bak ujung mata tombak tikam mata langit.
Hingga kelak di satu masa mereka terbelalak dan terpukul telak, ditinju kenyataan mencipta sehelai kain yang membungkam.
Di atas roda nasib yang berputar di atas hidup yang alami pasang surut dan di atas congkak yang menghuni relung hati mereka.
Engkau adalah berlian yang belum terasah di antara, getir kehidupan memahat kusam ada masanya bermandi chaya berkilau memukau.
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 19/08/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H