Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Kibar Bendera Gema Lapar Masih Membahana

17 Agustus 2021   06:57 Diperbarui: 17 Agustus 2021   07:11 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Kibar Bendera Gema Lapar masih Membahana

Di atas langit bendera berkibar
membelah angkasa gencar
ditatap mata nanar

Di tiang bambu biasa dipakai
guna menjemur pakaian
hingga mengering

Diambilnya sebatang bambu serta
diraihnya lipatan bendera
diikatkan ke ujung

Hingga bendera terpasang
bendera lusuh warnanya
terlihat telah pudar

Lama menghuni lemari sebab
dipasang setahun sekali
tatkala momen 17-an

Selebihnya selembar bendera
dibiarkan teronggok bisu
di ambal lemari kayu

Dengan kondisi terlipat
mencetak gurat.pada
sehelai tubuhnya

karena tertimpa bertumpuk
pakaian serta beberapa
potong baju lainnya

Saling tumpang tindih semrawut
pucat pasi sepucat susunan
gerbong kereta masa

Kendati sehelai tubuhnya.tak
setajam semula tatkala
belum dilumat  panas

Belum disirami deras
jarum-jarum air
dari mata langit

Belum disaput serpihan debu
lekat pada uzur sehelai
tubuhnya nan lapuk

Kibar bendera telah melewati
pasang surut gelombang
hidup dan kehidupan

Di kibar bendera seakan
teriakan gema lapar
masih membahana

Merdeka tapi belum merdeka
dari rasa lapar yang
menggeragoti

Perut-perut mereka kaum
yang tak berpunya
dililit oleh getir

***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 17/08/2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun