Masih Ada Ceria serta Sekeping Tawa Riang di Ladang Sampah
Tawanya lepas
seakan tak miliki beban
sementara sang orangtua
sungsang sumbal guna cukupi
kebutuhan hidup hari ke harinya
Kepala jadi kaki dan
kaki jadi kepala segala cara
ditempuh guna bertahan hidup
di tengah keras gempuran realita
meski sangat jauh dari kata cukup
Melainkan pas-pasan
bahkan kerap kekurangan
namun bukankah hidup harus
terus laju tak berpangku tangan
mengharap belas kasihan oranglain
Meski kehidupan serba sulit
sukarnya mencari lembar duit
tak serta merta jatuh dari langit
perah asinnya bulir-bulir keringat
di antara panas nan terik menyengat
Masih ada sekeping tawa riang
di antara lantang sebuah dendang
ditingkahi wajah bersemu lagi tersipu
masih ada senyum mengembang di bibir
nan mungil lagi ranum milik bocah-bocah
Yang kedua orangtuanya
pengais barang-barang bekas
lungsuran tak terpakai di antara
Ladang-ladang sampah tempat kotor
lagi dikelilingi bau tajam di penciuman
Masih ada bias tawa riang
mendarat dan membentur pada
berat berkarung-berkarung harap
demi sekepal butir nasi disuap lahap
di atas wajah pertiwi tak menyisakan
Lapangan kerja bagi
ayah-ayah mereka dan
sang ayah terpaksa harus
putar otak serta perah keringat
guna penuhi tuntutan hidup keluarga
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 09/08/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H