Kemacetan di Pintu Perlintasan
Pintu perlintasan kereta api di Kramat Sentiong hingga kini belum juga ditindak lanjuti, kian hari kian parah lantaran bebatuan split dengan texture melancip disisi-sisinya berceceran terserak di badan jalan. Lantaran terpental ban-ban motor milik pengendara yang berdesakan.
Belum lagi tatkala hujan turun membuat jalanan jadi kian licin ketika dalam kondisi lalulalang kendaraan riuh lintasi perlintasan secara bersamaan. Dapat menimbulkan kecelakaan akibat tergelincir, badan jalan pun dipenuhi retakan dan legokan dalam tentunya menyulitkan para pengendara.
Pemandangan kemacetan di pintu perlintasan merupakan hal yang biasa dari waktu ke waktu, seusai rangkaian gerbong memanjang berlari kencang di atas lempeng baja selepas lengking peluit kemudian lenyap tak terlihat ekornya menuju suatu tempat nun jauh singgahi stasiun demi stasiun.
Jangan pintu perlintasan harus memakan korban terlebih dahulu baru semuanya dibenahi, bukankah mencegah terjadinya kecelakaan itu jauh lebih baik sebagai langkah antisipasi meminimalisir angka kecelakan di pintu perlintasan kereta api.Â
Meski berpalang namun jalanan rusak parah.
Sungguh ironi sebaiknya mencegah sedari dini ketimbang setelah sesuatu terjadi, merenggut nyawa pengendara akibat jalanan rusak parah. Serta mencipta sengsara ditengah himpit kemacetan tatkala lintasi pintu perlintasan kereta. Yang sepertinya tak layak guna dilintasi tapak-tapak ban di atas licin.
Pintu palang menjadi saksi perihal macet, desak-desakan, jalanan berlubang, serta mereka yang tak peduli atas keselamatan para pengendara yang berbondong-bondong melindas lubang-lubang aspal yang rusak parah dimana pengendara serempak menyebrang beriringan.
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 25 Juni 2021 | 00:25
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI