Perempuan Perkasa Pembawa Junjungan di Kepala
Medan yang teramat sulit tak menyurutkan langkah perempuan-perempuan perkasa turun naik bebukitan dengan membawa junjungan di kepala.
Sebab Alam tempatnya bermukim dan beranak pinak telah menguatkan anggota tubuhnya sehingga mereka tak jauh berbeda dengan para lelaki.
Memeta langkah-langkah di pematang sawah di antara ribuan lelah mendera serta bulir keringat yang terperah dari sekujur pori menjadi saksi abadi.
Hari ke hari berkutat di sawah dan ladang menjejakkan kaki di genangan dingin dan beceknya lumpur serta mengarit tangkai padi yang telah menguning.
Perempuan-perempuan perkasa dipaksa keadaan guna membantu belahan jiwa bahu membahu di petak-petak sawah tercetak memanen hasil Bumi.
Tak ada tapak lengan halus mulus seperti perempuan perkotaan dengan segala kemanjaan dan tak ada paras berhias dempul makeup tebal.
Yang ada hanya aroma keringat dari kulit yang terpanggang garang matahari tepat di ubun-ubun kepala. Yang ada hanya alam desa di tengah.
Kehidupan Sahaja.
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 08 April 2021 | 21:58