Dedaunan Berguguran di atas Kepalaku
Berada di bawah pohon nan rindang seakan menaungi kepala, dari sengatan panas sang surya yang garang segarang bara menjilat ubun-ubun di kapala.
Bahkan tiupan semilir sejuk membelai setiap helai rambut yang, kerapkali dibiarkan jatuh terkulai dan rebah. Laksana sutera halus tergerai panjang sebahu.
Dan sehelai daun luruh melayang-layang dihempas bayu kemudian jatuh tepat di atas kepalaku, terbitkan nuansa syahdu serta melankolia mendayu.
Bagaikan dawai-dawai rindu diujung sunyi kupungut daun yang luruh, kuletakan di atas telapak lengan seraya kutatap seksama daun yang berusia menua.
Masih ada ruang terbuka hijau tempat mencuci bersih paru-paruku, dalam setiap hela nafas. Ada kesegaran merambat menelusup celah pori.
Tak banyak ruang terbuka hijau lantaran banyak diserobot dan beralih menjadi pencakar langit angkuh berdiri berdinding kaca memantul hawa panas.
Andai ada banyak taman kota nan hijau tempat bercengkrama dengan rerumputan serta mencumbui aroma dedaunan dibawa tiupan semilir angin.
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 03 Maret 2021 | 10:35
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H