Tetes Air Mata di antara Kecamuk Asa
Asa remuk redam
mimpi-mimpi karam
setitik harap padam
bibir terkatup diam
Kesedihan menjelma
menjadi sebuah telaga
betapa mata merupa jendela
cermin jiwa dipenuhi endapan lara
Bulir bening terus meleleh
seperti sepotong hati yang lumer
lalu lamat-lamat tergelincir
meracik hujan menyeduh kesedihan
Raut wajah sendu sesendu
gesekkan biola pada dawai-dawainya
kian mempertegas rupa kesedihan
yang menggantung bak mega mendung
Kelenjar air mata terus
memproduksi air mata menitik
perlahan kemudian menderas
menggenang di atas pipi bak porslen
Kesedihan acapkali tak terkatakan
ia datang laksana ombak menggulung
kemudian memecah runcing karang
hingga akhirnya pecah seiring kecamuk asa
Kesedihan menghuni ruas jiwa
diam seribu bahasa dibasuh bening
air mata luruh sebening isak tangis
mengikik di antara gema sukma
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 22 Maret 2021 | 14:44
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI