Ampun Papa! [ KDRT ]
Sekepal tinju penuh ankara melayang dengan geram, tak sungkan menghantam serta abaikan teriakkan kesakitan.
Dengan nafas memburu serta tatap mata seakan ingin melumat habis, ditenggarai kecamuk emosi tak terkendali.
Terus dipukulnya tubuh tiada berdaya serta terkulai lemah, di sudut ruang dengan menahan erangan rintihan.
Lelaki keji itu melotot dengan biji mata seakan ingin, meloncat keluar ditingkahi sepasang sorot mata dengan.
Kilatan amarah menggelegar sangar dalam ledakkan emosi, laksana percikkan bensin disulut dengan pematik api.
Maka terbakarlah dalam dera amarah luar biasa, meluluh lantakkan segala yang ada disekitar hingga hancur lebur.
Cengkraman kuat lamat-lamat mulai mengendur seriring luruh tubuh tak kuasa menahan dera siksa pada raga.
Menyisa lebam serta luka-luka di jiwa yang sukar terobati, kendati waktu berganti namun nyeri masih terasa.
Bukan hanya pukulan bersarang di tubuh ringkih yang menyakiti namun juga kata-kata yang merupa Belati