Di Tebing Curam malam
Selalu saja kelelawar menari di pori malam dan, rembulan meringis ditusuk taring serigala. Seiring lolongan menggema di tebing-tebing curam malam.
Kepak sayap kelelawar menggores wajah purnama, hingga luka alirkan getih kesunyian di serambi malam. Mencetak siluet di antara remang cahaya pucat pasi.
Malam senyap tanpa rasi bintang dan sepertinya, gemintang enggan berpendar atauhkah memang lantaran cahayanga sudah sedemikian pudar.
Entah namun yang pasti duri-duri sepi kerapkali, menusuk-nusuk nurani hingga terkulai tak berdaya ditikam rasa sunyi mendekap erat hati.
Malam tetaplah malam dengan selubung misteri melingkupinya, bersamaan dengan rasa sepi bertahta di bilik jiwa. Yang tak jua menyingkir dan pergi.
Jubah kelam malam akan selalu menyelimuti insan membawa, melayari samudera mimpi tidur dan lelap lebih dalam dan kemudian tak ingat perihal apapun.
Punggung malam tempat sandarkan sejumput lelah mendekam dalam raga enggan beringsut menghimpun tenaga guna esok kembali seperti sediakala.
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 18 Maret 2021 | 01:47
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H