Ketika Sang Pendosa Berlari Pada Tuhannya
Tak terbilang dosa diperbuatnya
menggunung tinggi seiring
sejarah kelam tercoreng di dahi
Merupa noktah hitam tak tersembunyi
dan tak hilang terbasuh air
catatan paling hitam ditorehnya
Dosa masa lalu terpahat
di dinding sejarah di lipatan waktu
di balik sel pengap jeruji besi
Benak hitam sekelam malam
serupa arang tersaput debu-debu
kehidupan tak kenal belas kasihan
Di titik nadir hidupnya dalam
pengembaraan menapak jejak
di fananya sebuah masa
Dicubitan paling menyakitkan serta
ditamparan menyadarkan
menyentak jiwa bahwasannya
Kelak semua kembali ke asal
berkalang tanah lebur di dalamnya
hingga meninggalkan nama
Sang pendosa berlari pada Tuhannya
dengan bercucuran air mata
larut dalam khusuk doa-doa dilangitkan
Mohon ampunan dari Tuhan
pemilik nafas kehidupuan
penggenggam jiwa-jiwa
Yang resah gelisah dan terjerembab
di Rimba Raya kehidupan
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 11 Maret 2021 | 11:38
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H