Sebilah Belati Menari di Malam Sunyi
Hutan Beton kerap diisi
lalu lalang orang dengan
benak menghitam menanti
di lorong-lorong sunyi
Dengan sorot mata tajam
menatap laksana seekor
gagak hitam terbang
di langit kelam malam
Seakan beri pertanda
dalam selintas fiirasat
perihal pertikaian yang
menumpahkan darah
Bak kerumunan kelelawar malam
seolah tengah mengadakan
pesta kecil bagi kaum tersisihkan
menunggu mangsa di sudut gelap
Laksana kijang kecil
terperangkap tiada berdaya
meronta-ronta ingin keluar
dari sergapan tangan durjana
Dan lacur apa terjadi
sebilah belati menari
dan lagi-lagi keluar
dari sarang si empunya
Tikam belati membabi buta
mengoyak arteri memutus nadi
hingga menggelepar meregang nyawa
di atas aspal dengan isi perut terburai
Dan seketika wajah aspal
bersimbah darah segar
disertai anyir terbawa silir angin
berhembus seperti hela nafas terakhir
Yang habis!
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 31 Januari 2021 | 17:47