Sekepal Istana Pasir dan Nurani yang Mati
Diraihnya sekepal pasir
disusun ikuti imajinasi mengalir
liar tak ubahnya pusaran air
Pasir-pasir teronggok
perlahan ditumpuk
lantas mulai membentuk
Diukir jari telunjuk
asyik masyuk seraya duduk
nikmati angin membelai tengkuk
Pasir dipadatkan tapak lengan
hingga jadi benteng pertahanan
menghalau setiap gempuran
Namun ada yang tak dapat dihalau
gempuran dari rasa lapar
kian gaduh menampar
Tak lama berselang kastil
terbuat dari pasir megah berdiri
dengan langit menjulang tinggi
Seakan menusuk mata langit
menikam tubuh mega-mega
teteskan air mata kaum papa
Yang berurai tiada henti acapkali
mengetuk sekeping nurani
namun lacur apa terjadi
Nurani nampaknya telah Mati
dicekik rasa tiada peduli
hingga lunglai tak berdenyut lagi