Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekepal Istana Pasir dan Nurani yang Mati

6 Januari 2021   20:48 Diperbarui: 6 Januari 2021   20:56 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekepal Istana Pasir dan Nurani yang Mati

Diraihnya sekepal pasir
disusun ikuti imajinasi mengalir
liar tak ubahnya pusaran air

Pasir-pasir teronggok
perlahan ditumpuk
lantas mulai membentuk

Diukir jari telunjuk
asyik masyuk seraya duduk
nikmati angin membelai tengkuk

Pasir dipadatkan tapak lengan
hingga jadi benteng pertahanan
menghalau setiap gempuran

Namun ada yang tak dapat dihalau
gempuran dari rasa lapar
kian gaduh menampar

Tak lama berselang kastil
terbuat dari pasir megah berdiri
dengan langit menjulang tinggi

Seakan menusuk mata langit
menikam tubuh mega-mega
teteskan air mata kaum papa

Yang berurai tiada henti acapkali
mengetuk sekeping nurani
namun lacur apa terjadi

Nurani nampaknya telah Mati
dicekik rasa tiada peduli
hingga lunglai tak berdenyut lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun