Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau dan Aku di Hadapan Api Membakar Kayu

22 November 2020   22:52 Diperbarui: 23 November 2020   09:01 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau dan Aku dihadapan Api Membakar Kayu

Kala itu...
dihadapan api unggun
kita saling terdiam
tanpa banyak kata terucap
hanya mampu pandangi
lamat-lamat api
membakar hangus kayu
hingga menjadi serpihan debu

Kulihat di sepasang
mata Elangmu
lidah api menjilat
tumpukan ranting kering
melahapnya rakus hingga
serpihan Bara memercik
dan terdengar suara terbetik

Lalu api yang beringas
memantul pada raut wajahmu
yang merupa semerah Bara
kau dan aku terus menatap
api yang mengamuk dan meliuk
di atas susunan kayu
masih dengan disandera hening

Hening yang enggan menepi
dan sepi yang memenjarakan diri
hanya terdengar hela nafas
yang kembang kempis
serta dada yang naik turun
dilanda kebisuan ditelan
alam pikir masimg-masing

Seharusnya terasa hangat
sebab api kian menjadi
membesar dan menghanguskan
menyisa serpihan Bara menyala
dan terus menyala dikipasi angin
tiada kehangatan hanya kebekuan
pada hatiku dan hatimu

Sebab kita telah menjelma
menjadi dua orang asing
yang tatap mata kita
tak sehangat dulu
dan tawa renyah kita lenyap
menguap entah kemana

Aku asing di matamu
dan kaupun begitu
aku dan kau
pernah sedekat urat nadi
pernah saling mengakrabi
pernah saling mengikat janji
seperti janji Matahari

***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 22 November 2020 | 22:52

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun