Aku dan Ribuan Sajak-sajakku
Ribuan Sajak-sajakku
tak sanggup meraih hatimu
menggetarkan secuil
barangkali mungkin, entah...
Aku ibarat si pungguk
yang rindukan Bulan
nan tinggi bersemayam
di langit harapan
Tak kuasa lengan
untuk menggapai
hanya sanggup menatap
dari kejauhan
Sajak-sajakku mencoba mengetuk
pintu hati yang tertutup rapat
berharap kau akan membuka
hingga kudapat menoleh kedalamnya
Mengintip ruang hampa
yang kau huni selama ini
tempat kau mendekam, larut
dan hanyut terbawa arus waktu
Sementara sang waktu
terus menggelinding tak ubahnya
roda pedati dengan derit khasnya
mencumbui badan aspal
Sajak-sajakku tak melulu
bertutur perihal kekagumanku
akan sosokmu yang lekat di benakku
namun juga kudapat mencium
Aroma luka dari hati yang koyak
rapuh yang terbaca lewat sorot mata
tumpukkan kecewa menggunung tinggi
erangan kesakitan dari luka yg berdarah
Serta bulir-bulir air mata
yang kau sembunyikkan
dari balik punggung rembulan
dari jubah pekat malam