Seorang Tuna Wisma dan Gesekkan Biola
Pusat pertokoan dipadati pengunjung
yang tengah lalu lalang seraya
menikmati suasana akhir pekan
yang penuh hiruk-pikuk orang
Sementara di sudut bangunan
yang sudah tak terpakai
berdiri seorang pria tuna wisma
tak henti menggesek Biola
Jemarinya nan keriput
piawai menggesekkan Bow
pada senar Biola lawas miliknya
dengan penuh penghayatan
Irama menyayat hati melengking
menembus tebal dinding, merobek hati
mencabik nurani resapkan kepiluan
dalam isak tangis tertahan
Seraya sesekali mata tuanya terpejam
seakan setiap syair lagu
yang tengah ia mainkan
melemparnya ke masa silam
Dan seketika Bow menjelma
Sebilah Belati menusuk-nusuk hati
menghujam jiwa menikam kesepian
di balik Ribuan kisah pedih
Mengundang empati menggedor nurani
disertai kepingan uang logam berjatuhan
dalam selubung nyeri kenangan
kemurahan hati berdatangan
***
Hera Veronica
Jakarta | 10 Oktober 2020 | 14:39
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H