Muara Kasih Bunda
Bunda...
Teduh tatap matamu
penuh kasih tatkala menatapku
lembut senyummu
terpelihara santun ucapmu
terus terngiang di telingaku
Bunda...
Tak lelah kau meraihku
meski berkali-kali aku terjatuh
dalam liukkan dosa membelenggu
pintu maafmu senantiasa
terbuka lebar untuk putramu
Bunda...
Lagi-lagi petuah bijakmu
lembut menyapaku penuhi isi kepalaku
merasuk jiwaku menembus atmaku
namun rupanya belum jua sepenuhnya
terbitkan sadarku yg masih tertidur lelap
Bunda...
Hanya engkau yang memahami jiwaku
adakalanya Angkara membakar
nyaris meluluh lantakkan hatiku
namun kelembutanmu bak air hujan
seketika memadamkan api angkara
Bunda...
Engkau teteskan kesejukkan meresap
hingga ke pori kalbu mengalir deras
pada pembuluh darahku denyut nadiku
engkau sirami jiwaku dengan tulus kasihmu
kau tak ubahnya udara yang aku hela
Bunda...
Aku ingin membahagiakanmu
dengan caraku sekuat aku
mengukir senyum terimdah
di sudut bibirmu yang kau poles
dengan warna senada Hijabmu
Bunda...
Doakan aku tuntun langkah kakiku
jangan pernah letih menguntai
doa untukku di sepertiga malammu
di selepas sujud-sujudmu
hingga satu saat kesadaranku bangkit
Bunda... Dwi dan Caca menyayangimu!
***
Hera Veronica
Jakarta | 05 Oktober 2020 | 19:23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H