Balada Pengangguran
Asal ada sebatang kretek bisa
udud tak ubahnya kereta api
di temani secangkir kopi
duduk sembari angkat kaki
di warung kopi mang Saqti
Seraya memesan semangkuk mie
lagi-lagi dengan menambah
daftar panjang catatan hutang
hampir setiap hari menyantap mie
bosan tak bosan sing penting mangan
Ngomong ngalor-ngidul
membahas perihal isu PKI
dan seabreg topik terkini
yang tengah hot-hotnya
tak terasa hari menjelang petang
Waktunya pulang ke rumah
di depan pintu sang istri telah menghadang
dengan gagang sapu sambil tolak pinggang
seraut muka kecut dengan tatapan garang
berteriak melengking lagi penuh maki
Laksana Banteng yang tengah mengamuk
seraya perabotan dapur di banting
"Jangan Pulang Sekalian"
ujarnya di sela-sela luapan amarah
yang tak terbendung
Gombranggggg...
Gombrenggggg...
Pranggggg.........
panci-panci berhamburan melayang di udara
lalu jatuh ke lantai dengan kondisi penyok
Teriakkan serta hardikkan
serasa merobek gendang telinga
mencabik-cabik nurani paling dalam
menyayat hati perih pedih
menginjak dan lukai harga diri
Pantat panci yang legam
nyaris mendarat di jidat
namun dengan sigap
langsung berlari menghindar
menjauh dari amuk bringas sang Istri
Melangkah dengan gontai
nasib penganggur bathinnya sedih
acapkali pulang di marahi istri
di suruh tidur di luar jadi santapan empuk
nyamuk-nyamuk nakal
***
Hera Veronica
Jakarta | 21 September 2020 | 15:41