Sajak Yang Terpenggal
Aksara berloncat-loncatan di kepala, menggaduhkan bilik pikir. Merangsek ingin segera keluar dan terbebas dari kukungan Susastra yang membelit.
Imajiku Liar tak terkendali menembus batas, mendobrak pakem-pakem yang ada. Tetiba-tiba aku ingin meramu aksara menyusunnya satu persatu.
Menjadi bait-bait Puisi bertutur tentang
luapan rasa berbaur padu. Lahir dari ribuan rasa sakit, dari kecamuk angkara yang bertahta di atma.
Dari rasa kecewa yang terlanjur berkarat, dari bara dendam yang terus menyala dan membakar laksana api abadi, dan rasa benci yang tak bisa hilang tercuci air.
Seperti Noda pada putih warna kemeja, rimbun asa di belantara pikir, diksi mengalir laksana air. Bak hempasan keras gelombang menghantam karang.
Tetiba sajakku terpenggal sebab diksi lenyap entah kemana, mungkin tersangkut di kabel-kabel tiang listrik atau menyangsang di atas genting rumah orang.
Seiring pikirku benar-benar buntu, kali ini sajakku terpenggal. Aku tak sanggup menyelesaikan bait-bait akhir, terhenti sampai otakku kembali segar.
***
Hera Veronica
Jakarta | 06 September 2020 | 19:00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H