Balada Kuli Proyek
Pagi menyapa sang mentari muncul malu-malu dari balik mega, kantuk masih bergelantung di pelupuk mata serta lelah masih bersarang di raga. Sesekali dikuceknya mata
Kuli-kuli proyek berjalan bergerombol dengan mengenakan sepatu boat, rompi orange serta helm pelindung kepala, menuju proyek pembangunan gedung yang masih berdiri rangka
Tampak jelas terlihat sisa-sisa tenaga yang belum seluruhnya terhimpun penuh, namun tetap dipaksakan bekerja sebab sang mandor telah menantinya di area guna memberi titah agenda kerja
Seharian bekerja di lapangan perah keringat letih teramat sangat, namun manakala terbayang wajah anak istri di rumah sontak seluruh penat sirna berganti semangat bergelora membakar jiwa
Rehat sejenak tatkala jam makan siang di warteg langganan, yang bisa di kasbon di bayar pas gajian. Menyeruput kopi sembari bakar rokok, udud sepuasnya. Tatap mata menerawang jauh
Ketika malam tiba kemana lagi rasa lelah di sandarkan, kalau bukan di Bedeng-bedeng tidur saling berhimpit sebab ruangan sempit. Remuk seluruh raga dibiarkannya tanpa rasa manja
Nasib kuli dari berganti Presiden tetaplah sama, memegang pacul dan pengki tak ada angin perubahan yang berarti. Dengan bangganya ia berkata pada anaknya,
"Nak... Gedung Pencakar Langit itu Bapak yang Bangun!"
***
Hera Veronica
Jakarta | 14 Agustus 2020 | 07:56
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI