Bunga di tepi jalan
Dahulu aku begitu ranum
elok rupaku tumbuh dengan sempurna
tiada sedikitpun cela
di balik kemolekkan ragawi
sehingga banyaklah kumbang mendekati
Mereka amat memujaku
melambungkanku ke langit ke tujuh
menjejak Nirwana tempat terindah
yang belum pernah sekalipun kupijak
membuatku terhanyut di dalamnya
Membutakan mata hatiku
akan dahsyatnya gelora asmara
mengabaikan rambu-rambu yang ada
menggelincirkanku pada pekatnya
lumpur dosa serta kubangan nista
Seketika mengubah hidupku
tangisan penyesalan tiada guna
sekalipun aku meneteskan air mata darah
tak akan mengembalikan Mahkota
milikku yang paling berharga
Kini kudapati diriku layu
hilang seriku serta kesegaranku
seiring rontok helai kelopakku
aku yang kini tercampakkan
dan teronggok di tepi jalan
Terinjak orang yang lalu lalang
tanpa ada yang peduli
atau mungkin terlalu kotor diri ini
sehingga tak ada yang sudi meraihku
ketempat yang lebih tinggi
***
Hera Veronica
Jakarta | 4 Juli 2020 | 00:20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H