Bangku Taman
Di bawah temaram cahaya lampu taman
helai daun terpelanting luruh ke tanah
laron-laron riuh beterbangan
mengerubungi pijar dian
Senandung simponi alam nan syahdu
memagut sepotong hati di dera sunyi
seiring Rembulan mengintip
di antara pucuk- pucuk dahan
Sepi yang tak bertepi menasbihkan
kerinduan masih bertahta di relung jiwa
menghempaskan ke dalam jurang kesedihan
seakan nurani di sesaki kekalutan
Aku masih kerapkali menjejaki taman ini
duduk terpaku menatap wajah purnama
yang pucat pasi seiring seringainya memudar
menatap dingin dan beku kearahku
Aku masih terpekur duduk sendiri
memunguti serpihan-serpihan
kenangan yang terserak
di antara tapak kaki
Kukantongi dengan sangat hati-hati
seraya menikmati desau angin
menabuh daun-daun perlahan
terpelanting mencium tanah basah
Aroma tubuhmu masih lekat di bangku ini
aku sungguh sangat mengenali
meski kau tak lagi di sisi
menjelma dalam keabadian sebentuk rasa
Yang tak pernah pupus di gerus
laju sang waktu
aku yang senantiasa
memeluk erat kenangan
***
Hera Veronica
Jakarta | 19 Juni 2020 | 20:43
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H