Bergelut dengan keringat, bersahabat dengan aspal yang keras. Laju diatas roda yang berputar membawanya  lintasi bentangan jarak, demi lembar rupiah yang tak seberapa.
Di bakar terik matahari di guyur siraman air hujan. Namun Ia tetap mengaspal, sekeras tekadnya pulang pantang tak membawa uang...! Meski di tengah pandemi tarikan sepi
Tak jarang karena sudah teramat lelah Ia tertidur diatas trotoar, dengan berbantal lengan serta kepala disandarkan di badan ataupun jok motor. Tak peduli tempat asal bisa rehat barang sejenak.
Sekeras itukah perjuanganmu "Abang OJol" guna menafkahi keluarga tercinta di rumah, menjadi figur suami dan ayah yang baik serta bertanggung jawab penuh.
Kepala dijadikan kaki dan kaki dijadikan kepala, demi memutar roda ekonomi demi membuat asap dapur tetap mengebul. Dan demi terisi periuk nasi meski dengan lauk ala kadarnya.
"Karena bagimu makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan...!" Anak Istri yang menjadi penyemangatmu, lalui putaran waktu yang lebih banyak dihabiskan di jalanan.
Saat rembang petang kau pulang kerumah, anakmu yang paling kecil belarian menyambut kedatanganmu, dengan riang gembira dan bertanya :
"Dapat berapa tarikan Ayah...?"
tanyanya dengan nada polos
"Dapat Nak, tapi tak banyak"
jawabmu dengan sorot mata sendu seraya mengusap kepala si anak
Untukmu yang mengaspal
semoga Allah mudahkanmu
dalam menjemput rizki
tetap semangat menjalani ibadah puasa
di bulan Ramadhan yang penuh berkah