Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bapak Guru

2 Mei 2020   17:21 Diperbarui: 2 Mei 2020   18:17 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri  ( aku yg di peluk mama )

Saya Terlahir dari keluarga Pendidik
Ayah seorang guru yang di kenal sangat keras, tegas, dan disiplin tinggi. Namun beliau sangat di hormati dan senangi anak didiknya serta orangtua murid, terbukti dengan banyaknya ragam hadiah yang di kirimkan kerumah kami pada saat pembagian buku rapor kenaikan kelas, ada saja buah tangan orangtua murid untuk Ayah. Yang tak terhitung jumlahnya.

Ayah telah puluhan tahun mengabdi menjadi seorang Guru, Guru yang sangat vokal dan kritis terhadap hal-hal yang bertentangan dengan nuraninya. Ayah selalu tampil berani dan lantang guna mengkritisi penyelewengan dana, anggaran yang tak di pergunakan sebagaimana mestinya, serta bantuan yang tidak di salurkan pada orang yang tepat. Ayah menjadi momok yang menakutkan bagi kepala sekolah juga penilik, sebab beliau tak bisa mencium aroma korupsi di segala lini. Aku sangat bangga dengan Ayah

Saat itu gaji Guru masih amatlah kecil, untuk menopang ekonomi keluarga Ayah bekerja apa saja. Ayah seorang Guru yang multi talenta, Ayah bisa melakukan pekerjaan apapun, memasang instalasi listrik, membetulkan alat elektronik, melakukan pekerjaan tukang, membuat perabotan rumah tangga dari kayu, membuat lukisan taman/memahat arca. Keadaan yang mendorong Ayah menjadi orang yang sangat kreatif.

Ayah selalu membantu siswa-siswinya yang tak mampu, dengan memberikan secara cuma-cuma buku pelajaran sekolah. Sehingga ia bisa belajar dan tak tertinggal, sebagaimana murid-murid yang lainnya. Ayah juga memberikan les Matematika gratis untuk muridnya yang lemah di bidang study Matematika.

Saat ini Ayah sudah tak lagi mengenali murid-muridnya, akan tetapi siswa-siswi didiknyalah yang hingga kini masih mengenali Ayah. Mereka kerap mencium tangan Ayah seraya ramah menyapa di manapun mereka berjumpa dengan Ayah. Guru mereka yang di kenal Galak namun amat di cintai murid-muridnya.

Selamat Hari Pendidikan Nasional
untuk seluruh para Pendidik

* ) Untuk Papa Tersayang

***

Hera Veronica
Jakarta | 2 Mei 2020 | 17:35

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun