Di zaman sekarang, di era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja, belajar, hingga mengakses informasi. Generasi muda, yang sering disebut sebagai digital natives, menjadi kelompok yang paling cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini. Namun, seiring dengan peluang besar yang ditawarkan, era digital ini juga menyimpan berbagai tantangan yang harus dihadapi dengan bijak. Teknologi digital telah membuka akses yang luas terhadap informasi. Dengan hanya menggunakan perangkat genggam, generasi muda dapat mengakses ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia. Selain itu, di era digital juga menciptakan ruang bagi kreativitas dan inovasi. Banyak anak muda yang mampu membangun usaha startup berbasis teknologi, menjadi content creator, atau bahkan influencer dengan jangkauan global. Dunia digital juga memberikan peluang besar dalam dunia karier. Profesi baru seperti data analyst, social media manager, dan UX designer menjadi pilihan menarik dengan prospek penghasilan yang menjanjikan.
   Kemudahan akses terhadap teknologi juga mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Generasi muda yang melek teknologi dapat memanfaatkan media sosial dan platform e-commerce untuk menjalankan bisnis kecil-kecilan, bahkan dari rumah. Hal ini membuktikan bahwa teknologi mampu menjadi alat pemberdayaan ekonomi yang inklusif. Data dali laporan We Are Social 2024 menunjukkan bahwa sekitar 64,4% populasi global telah terhubung dengan internet, dan 60% pengguna aktif berasal dari kelompok usia 18 – 34 tahun. Angka ini menegaskan bahwa generasi muda memiliki akses yang luas ke berbagai sumber daya digital.
   Di balik berbagai peluang tersebut, era digital juga membawa ancaman yang tidak dapat diabaikan. Salah satunya adalah risiko kesehatan mental akibat penggunaan teknologi yang berlebihan. Media sosial, meskipun menjadi alat untuk terhubung, sering kali menciptakan tekanan sosial yang tidak sehat. Fenomena fear of missing out (FOMO) dan perbandingan diri dengan orang lain dapat memicu kecemasan, stres, hingga depresi. Ketergantungan pada teknologi juga menjadi masalah serius. Generasi muda cenderung menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, baik untuk hiburan maupun aktivitas sehari-hari. Hal ini tidak hanya mengurangi produktivitas, tetapi juga mengancam kesehatan fisik, seperti gangguan penglihatan, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, era digital juga menjadi lahan subur bagi penyebaran hoaks dan disinformasi.
   Banyaknya informasi yang beredar di dunia maya sering kali membuat generasi muda kesulitan memilah mana yang benar dan mana yang salah. Literasi digital yang rendah dapat menyebabkan mereka terjebak dalam arus informasi palsu, yang pada akhirnya memengaruhi keputusan dan pandangan mereka terhadap berbagai isu. Adapun solusi dan langkah yang kita ambil untuk menghadapi tantangan ini:
- Peningkatan literasi digital
Meningkatkan pemahaman generasi muda tentang teknologi dengan menggunakan literasi digital dalam kurikulum pendidikan sejak dini. Hal ini akan membantu mereka mengenali manfaat dan risiko teknologi dengan lebih baik.
- Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Mengajarkan untuk berpikir kritis dan selektif dalam mengakses informasi di internet. Serta memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga data pribadi untuk menghindari risiko yang terkait dengan penyalahgunaan teknologi, seperti penipuan online. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak mudah terjebak dalam informasi yang salah atau manipulatif.
- Keterlibatan orang tua dan komunikasi
Orang tua perlu dilibatkan dalam proses pendidikan tentang teknologi, agar mereka dapat membantu anak-anak mereka untuk mengelola waktu penggunaan layar dan mengetahui perkembangan digital yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka.
- Mendorong kreativitas
Menyediakan ruang untuk berinovasi melalui proyek-proyek teknologi, seperti kompetisi pengembangan aplikasi, yang dapat memicu ide-ide baru dan solusi teknologi.
- Peningkatan Kesejahteraan Mental
Dengan adanya peningkatan kesejahteraan mental di era digital dapat mendorong pembicaraan untuk terbuka tentang dampak psikologis dari penggunaan teknologi yang berlebihan, seperti kecanduan media sosial, cyberbullying, atau perasaan isolasi.
   Teknologi digital memiliki potensi besar untuk membawa generasi muda menuju kesuksesan, namun juga menyimpan berbagai tantangan dan risiko. Jika dimanfaatkan dengan bijak, teknologi dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk pendidikan, kewirausahaan, dan pengembangan keterampilan. Namun, tanpa pemahaman yang cukup dan pengelolaan yang tepat, teknologi dapat menjadi perangkap yang memperburuk kesejahteraan mental, menumbuhkan ketergantungan, dan menyebabkan disinformasi. Untuk memaksimalkan manfaat teknologi, generasi muda perlu diberikan literasi digital yang baik, dibekali dengan keterampilan berpikir kritis, serta dibimbing untuk menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan maya. Dengan dukungan dari orang tua, komunitas, dan lembaga pendidikan, mereka dapat menghindari jebakan teknologi negatif dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan positif dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H