Mohon tunggu...
Hera Kurnia Lestari
Hera Kurnia Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Coffee, anyone?

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Flexible Working for Everyone, Is It Possible?

14 Juni 2024   12:57 Diperbarui: 14 Juni 2024   13:36 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Adobe Stock

Flexible working pertama kali dikenal di abad ke-19 di Inggris untuk menghadapi jam kerja yang panjang dan kondisi kerja yang tidak aman. Saat itu tunutan adanya jam kerja yang lebih singkat dan jam istirahat diajukan kepada pemberi kerja sebagai hak-hak pekerja. Memasuki abad ke-20, seiring dengan perkembangan teknologi, alur informasi, dan komunikasi memungkinkan pekerja untuk mengatur jadwal bekerja secara fleksibel dan bisa dilakukan dari jarak jauh.

Perubahan pola kebutuhan dan preferensi karyawan telah mendorong flexible working dalam dunia kerja. Semakin banyak karyawan yang menekankan pentingnya keseimbangan kehidupan kerja professional dan pribadi. Flexible working diharapkan dapat memberikan karyawan untuk bekerja secara normal dan tetap menjalani kehidupan pribadi seperti merawat anak, mengurus orang tua, atau melanjutkan pendidikan.

Berdasarkan pelaksanaan flexible working pada Sillicon Valley, perusahaan melihat adanya peningkatan produktivitas, kreativitas, dan talenta dari karyawannya. Sillicon Valley menyadari flexible working memberikan dampak positif terhadap perusahaan dan menilai itu sebagai strategi baru yang bisa dilanjutkan. Dengan demikian flexible working berkembang dari konsep perlindungan hak pekerja menjadi salah satu strategi bisnis terbaik.

Di era modern yang teknologi terus berkembang dan menuntut keseimbangan antara kehidupan kerja professional dan pribadi, flexible working semakin penting dan digemari. Selain keseimbangan antara kehidupan kerja professional dan pribadi, saat ini flexible working juga menjadi lebih luas karena menjangkau kebebasan karyawan untuk menentukan tempat bekerja, jam kerja, dan cara mereka bekerja.

Keseimbangan kehidupan kerja professional dan pribadi yang dimaksud dalam flexible work dapat berupa tingkat stress yang rendah, peningkatan kebahagiaan, dan produktivitas yang tinggi. Memberikan fleksibiltas kepada karyawan meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan dari manajemen. Karyawan yang memiliki rasa tanggung jawab cenderung lebih merasa dilibatkan dan puas terhadap perkejaan mereka. Hal ini dapat mengurangi tingkat turnover di perusahaan.

Karyawan yang diberi kebebasan atau fleksibiltas memungkinkan karyawan menghindar dari gangguan yang berasal dari orang lain atau kelelahan dari perjalanan panjang antara rumah dan lokasi kerja. Sehingga karyawan akan cenderung akan memilih waktu yang mereka rasa paling produktif sehingga bisa bekerja lebih efisien dan fokus.

Flexible working juga dapat memberikan kesempatan kerja yang sama untuk semua individu. Hal ini memungkinkan karyawan baik yang memiliki keterbatasan visik dan memiliki kebutuhan khusus dapat tetap bekerja pada level yang sama dengan yang lain.

Melihat dunia kerja yang terus berkembang, flexible working menjadi pilihan untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan efisien. Perusahaan dapat menjadikan flexible working sebagai salah satu strategi bisnis dan tetap memenuhi tujuan perusahaan dengan lebih efektif.

Sumber gambar: Adobe Stock
Sumber gambar: Adobe Stock

Masa pandemi COVID-19, flexible working menjadi hal umum yang dikakukan. Ketika virus COVID-19 menyebar di seluruh dunia dan pemerintah di banyak negara menerapkan lockdown, perusahaan menerapkan flexible working demi keselamatan karyawan dan keberlangsungan bisnis mereka. Flexible working yang diterapkan seperti bekerja dari rumah atau work from home dan penggunaan kerja jarak jauh atau remote working.

Pemberlakuan lockdown menyebabkan karyawan tidak bisa melakukan perjalanan dengan bebas, termasuk perjalanan ke tempat kerja. Karyawan diberikan pilihan untuk bekerja dari rumah atau work from home. Dengan adanya teknologi yang memungkinkan komunikasi dilakukan secara online seperti aplikasi konferensi video, karyawan dapat tetap bekerja seperti biasa.

Menjalani masa bekerja dari rumah atau work from home saat pandemic COVID-19, karyawan dimungkinkan untuk memilih jam kerja yang sesuai dengan kebutuhan pribadi dan keluarga mereka. Pandemi menyebabkan naiknya tingkat stress dan kecemasan bagi banyak orang. Selain pekerjaan, keselamatan diri sendiri, keluarga, orang terdekat, bahkan rekan kerja menjadi pemicu stress dan kecemasan karyawan. Maka flexible working membantu karyawan mengelola stress dan memiliki kontrol atas lingkungan kerja mereka.

Flexible working saat pandemi COVID-19 dapat mengurangi risiko penyebaran virus di tempat kerja. Ini membantu melindungi kesehatan karyawan dan mengikuti pedoman kesehatan masyarakat yang ditetapkan pemerintah. Flexible working menjadikan bisnis suatu perusahaan dapat terus berjalan meski dunia sedang dalam masa pandemi. Dilengkapi dengan infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan untuk bekerja jarak jauh, perusahaan dapat menjaga keberlangsungan bisnisnya sekaligus mengurangi dampak penyebaran virus COVID-19.

Remember to enjoy the freedom of being able to work from anywhere and the flexibility to adapt your work to your life rather than other way around. - Alex Muench

Flexible working telah menjadi fenomena yang signifikan dalam dunia kerja modern saat ini. Perubahan ini bukan hanya mempengaruhi cara perusahaan berbisnis, tetapi juga berdampak pada karyawan dari berbagai generasi. Setiap generasi memiliki perspektif dan preferensi yang berbeda terhadap flexible working, baik dari generasi Baby Boomers, Generasi X, Milenial, sampai Generasi Z.

Sumber gambar: kantorkita.co.id
Sumber gambar: kantorkita.co.id

Baby Boomers (lahir tahun 1946-1964)

Baby boomers yang sudah mendekati usia pensiun, flexible working menawarkan peluang untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan persiapan pensiun mereka. Persiapan pensiun seperti jam kerja yang fleksibel memungkinkan mereka untuk menjaga kesehatan dengan lebih baik, seperti mengikuti janji medis dan berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Beberapa Baby Boomers mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi terkini yang diperlukan untuk bekerja jarak jauh, sehingga dapat menghambat produktivitas.

Generasi X (lahir tahun 1965-1980)

Beberapa generasi X sudah memiliki tanggung jawab keluarga seperti mengurus anak-anak atau orang tua mereka. Felxible working membantu mereka mengelola tanggung jawab ini dengan lebih baik. Mereka cenderung lebih mandiri dan disiplin dan dapat bekerja dengan produktif tanpa pengawasan langsung dari atasan mereka. Namun generasi X rentan stress karena kemungkinan yang mengharuskan mereka siap sepanjang waktu.

Generasi Milenial (lahir tahun 1981-1996)

Generasi Milenial sangat menghargai fleksibilitas dan kesempatan untuk bekerja dari mana saja yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja bagi mereka. Generasi Milenial juga sudah nyaman dengan teknologi, sehingga tidak merasa ada hambatan jika diharuskan bekerja jarak jauh dan menggunakan teknologi. Namun, dengan nyamannya teknologi, generasi Milenial mungkin akan mengalami kurangnya interaksi sosial fisik sehingga kesejahteraan mental terganggu. Kurangnya batasan antar kehidupan perkerjaan dan pribadi juga bisa menganggu kesejahteraan mereka.

Today's generation of young people holds more power than any generation before it to make a positive impact on the world - William J. Clinton

Generasi Z (lahir tahun 1997-2012)

Generasi Z tumbuh di era digital dan sangat adaptif terhadap teknologi, sehingga mereka dapat beradaptasi dengan cepat pada model flexible working. Mereka menghargai kesempatan untuk belajar dan berkembang, dan flexible working memberikan mereka waktu untuk mengikuti kegiatan lain. Namun, sebagai generasi yang baru memasuki dunia kerja misalnya di masa pandemic COVID-19, mungkin mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dari interaksi langsung dengan kolega dan mentor di kantor.

Flexible working menawarkan berbagai keuntungan dan tantangan tersendiri bagi karyawan dari berbagai generasi. Baby Boomers mungkin mengapresiasi keseimbangan kehidupan-kerja, tetapi menghadapi kesulitan teknologi. Generasi X dapat menyeimbangkan tanggung jawab keluarga dan kerja, namun menghadapi beban kerja yang tinggi sehingga rentan terhadap stress. Milenial menikmati fleksibilitas tetapi harus menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Generasi Z cepat beradaptasi dengan teknologi, tetapi mungkin kehilangan pengalaman kerja langsung. 

Kerja fleksibel memiliki masa depan yang kuat dan kemungkinan besar akan terus berkembang dan beradaptasi. Meskipun banyak tantangan yang perlu diatasi, manfaat bagi karyawan dan perusahaan membuat kerja fleksibel menjadi pilihan yang menarik dan berkelanjutan untuk masa depan dunia kerja. Untuk memaksimalkan manfaat flexible working, perusahaan harus mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi setiap generasi. Dengan pendekatan yang inklusif dan suportif, flexible working bisa menjadi solusi yang menguntungkan bagi semua pihak.

Apakah kamu sudah siap menghadapi flexible working?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun