Mohon tunggu...
Heraklitus Efridus
Heraklitus Efridus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo everyone..! Saya adalah seorang yang sangat misterius, sok cool, walaupun sebenarnya memang cool hahaha.. Saya sangat terbuka untuk berteman dengan siapapun, tidak pernah membatasi diri saya untuk bergaul dengan siapa pun, kecuali mungkin orang yang membatasi diri untuk bergaul dengan saya. But it's okay. saya memiliki hobi, dan hobi saya adalah meng-PHP-in cewek. Oh no..! hobi saya adalah membaca, menulis dan mendengar. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Roman

Natas Labar Motang Rua

24 Januari 2024   14:08 Diperbarui: 24 Januari 2024   14:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Untuk Sahwa Sahabatku.

Di Tempat. 

"Motang Rua telah mempergagah dirinya menjadi sangat tangguh dan menarik. Dan kamu akan menyesal bila tak datang berkunjung ke tempat ini. Mengenai segala keinginan dan mimpi kita, Tuhan selalu punya rencana untuk segala yang kita inginkan. Apa yang kita minta hari ini belum tentu itulah yang terbaik. Sama seperti orang-orang yang membenci hujan padahal itu adalah berkat bagi orang lain."

Baca juga: Saat dan Waktu

Natas Labar Motang Rua. Tidak kusangka akhirnya selesai di bagun. Setelah melewati pergolakan yang panjang akibat berbagai penolakan, akhirnya banyak orang mulai menikmati malam dingin nan mesra di tempat ini. Saya jadi teringat, beberapa bulan di tahun yang lalu ketika saya masih di biara di Kupang saya memimpikan sebuah tempat rekreasi malam yang ramai di Kota Ruteng. Dan kini mimpi itu terjawab. Mimpi itu tentu saja bukan tanpa alasan. Setelah sekian banyak berita yang muncul di koran tentang anak muda yang hamil di luar nikah dan kemudian bunuh diri menjadi alasan saya untuk memimpikan tempat rekreasi ini. Mungkin sebagian orang bertanya-tanya tentang hubungan antara pembangunan taman ini dengan kasus bunuh diri yang terjadi dikalangan muda itu. Dan lagipula peristiwa semacam itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Di jalan lain saya berpikir tentang manusia. Tentang keinginan dan keadaan jiwa yang selalu memburu. Semua itu tentang penyakit yang sering dialami oleh orang jaman sekarang yang berbanding lurus dengan perkembangan sosial media, serta platform digital, yang menghubungkan orang dari jarak yang berbeda dan jauh. Yang memberikan banyak berkat sekaligus kecelakaan dan bersamaan dengan kondisi di mana ruang privat menjadi konsumsi masa yang luas. Saya membahasakannya sebagai tindakan pem-publikasi-an ruang privat.  Dan penyakit itu namanya kesepian. Beberapa dekade lalu itu hanya persoalan orang-orang yang sudah lanjut usia. Kesepian berbeda dari kehidupan tanpa kebisingan. Kesepian berbeda dari kesendirian. 

Dalam kesendirian orang bisa tanpa rasa sepi. Baiklah. Kesepian itu adalah keadaan jiwa yang senantiasa gelisah. Suatu keadaan di mana orang penuh kegelisahan. Yang kegelisahan itu bahkan bisa menjadikan tempat yang ramai menjadi sepi. Kesepian menyerang orang dari kedalaman batin. Kesepian dihadapi banyak orang yang lanjut usia ketika mereka mulai merasa sendiri dan anak-anak mereka sibuk dengan keberadaan keluarga mereka. Kesepian sering digambarkan dengan keadaan  yang ditinggalkan sesama. Dan kesepian digambarkan keadaan tanpa kepedulian dan sentuhan dari orang terkasih. Semua hal itu mengarahkan kita pada suatu keadaan yang dinamakan sakit secara mental dan psikologi. Orang-orang yang mengalami ini cendrung merasa ditinggalkan dan tidak dipedulikan. Kehidupan terasa kosong karena tanpa tahu apa yang hendak dibuat. Dan dalam keadaan tertentu membuat orang berpikir sederhana dan pendek yang mengarah pada hal yang buruk dan linglung.

Dengan pertimbangan inilah saya kemudian memimpikan tempat ini. Dibangunnya Natas Labar Motang Rua ini menjadi semacam angin segar bagi berbagai kalangan, khususnya orang muda. Tempat ini akan menjadi sejarah munculnya ide kreatif anak-anak muda. Dan ini menjadi sebuah pijakan baru yang mengantar banyak anak muda menjadi terbuka terhadap segala hal. Di sini bukan lagi menjadi tempat segala huru-hara dipertunjukkan melainkan tempat menjadi berbagai bagi banyak orang.
Sehari datang di tempat ini ada banyak hal yang saya alami. 

Baca juga: Natal Kita

Tempat ini menjadi pendengar cerita bagi banyak pendiam. Menjadi tempat diskusi bagi banyak pencinta Politik. Menjadi lokasi mesra bagi mereka yang kasmaran. Dan tentunya menjadi penenang bagi mereka yang merindukan udara segar.
Tempat ini tentunya akan memampukan banyak orang menemukan kembali kenyamanan mereka. Dan bagi saya, cinta yang dipertunjukkan di dalamnya secara tersirat menghadirkan kembali cinta yang memang sudah terlampau  jauh pergi dari kehidupan. Udara dinginnya pun memanjakan kembali hati yang panas dengan penuh kelembutan. Saya sendiri tentunya tidak akan mensia-siakan  tempat ini menjadi hanya sebagai perahu yang berlalu. Tetapi berusaha menjadikannya sebagai tempat untuk menetapkan dan mencari inspirasi kehidupan yang dipenuhi polemik dunia.

Dari sahabatmu. 

"Aku selalu mencintaimu sejak malam setelah menjumpaimu di malam hari di taman Natas Labar Motang Rua."

Baca juga: Untuk Ibu

NB: Ruteng terlalu dingin. Dan saya pun berpikir tak ada tempat ternyaman selain membungkus diri dalam selimut. Semoga kamu datang berkunjung pada saat yang tepat."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun