Mohon tunggu...
Herajeng Gustiayu
Herajeng Gustiayu Mohon Tunggu... -

Penyuka jalan-jalan dan menulis, salah satu kesibukannya adalah mengurus travel blog "The Backpacker's Notes" di http://backpacker-notes.blogspot.com sebagai hobi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Naik-Turun Kendaraan Umum di Bangkok

8 Februari 2010   03:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:02 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu hal yang paling saya sukai di Bangkok, Thailand, adalah sistem transportasi publiknya yang amat bagus. Thailand sebagai negara berkembang rupanya telah mempersiapkan dirinya menjadi negara maju. Sistem transportasi publik Bangkok relatif telah terintegrasi dengan baik satu sama lain, hingga memberikan kemudahan bagi warganya untuk mencapai satu titik ke titik lain. Dari awal kami tiba di Bangkok, di bandara internasional Thailand, Suvarnabhumi Airport, kami sebagai para turis disediakan bus khusus bandara menuju titik-titik utama kota. Contohnya, untuk mencapai Sukhumvit (tempat hostel kami berada), kami perlu naik bus AE3. Sedangkan untuk menuju Khaosan Road, namanya AE1. Dan seterusnya. Ini benar-benar memudahkan para turis. Bus AE3 Menuju Sukhumvit. Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009 Peta jalur transportasi publik dapat diambil gratis di bandara Suvarnabhumi Airport. Di peta ini dijelaskan bahwa ada beberapa macam moda transportasi yang dapat digunakan selama di Bangkok, dua yang paling utama adalah BTS (Skytrain) & MRT (Subway). BTS & MRT sebenarnya mirip-mirip saja. Bedanya cuma kalau BTS beroperasi di atas jalan raya, namun kalau MRT beroperasi di jalur bawah tanah. Tarifnya pun mirip-mirip. Antara 10 Baht hingga 45 Baht dari titik terdekat hingga ke titik terjauh.

(kiri) Stasiun BTS (Skytrain); (kanan) Loket penukaran koin untuk tiket. Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009 Sistem pembayaran BTS & MRT menggunakan sistem kartu, serupa dengan sistem pembayaran MRT di Singapura & Malaysia. Ada yang tipe prabayar dan ada pula yang beli di tempat. Contohnya, apabila kita ingin menuju Victory Monument dari stasiun Asok, maka kita memerlukan 4 koin 10 Baht (40 Baht) untuk di"tabung" di mesin koin yang nantinya mengeluarkan kartu. Apabila kita tidak memiliki recehan, kita dapat menukarkannya di loket yang sudah disediakan. Saya dan teman-teman jalan saya tiba-tiba terpikir, berapa banyak koin yang harus mereka sediakan perhari ya?? Tapi pertanyaan itu terjawab beberapa detik sesudahnya, yah kan koin-koin di mesin kartu bakal balik lagi ke mereka. Hehehe, dasar udik... Waktu kami pergi ke Ayutthaya, kami mencoba kereta 3rd class mereka. Btw kami mencoba kereta ini karena direkomendasikan oleh Simon, teman baru kami yang berasal dari Jerman. Simon ini ternyata setelah lulus dari kuliah, selama 2 bulan ia berkeliling Asia Tenggara seorang diri, sebelum akhirnya bekerja kantoran. Simon sehari sebelumnya juga ke Ayutthaya. Dari awal kami diwanti-wanti, Ayutthaya tempatnya panas banget! Kulit saya sampai terbakar parah. Wah iyalah bule, kalo kita kan udah biasa sama panas, hehehe... Simon bilang, keretanya unik, semua terbuat dari kayu. Hmm menarik... Okay, here we go then! :)
(atas) Wooden 3rd class train to Ayutthaya, @15 Baht; (bawah) 3rd classtrain back to Bangkok, @20 Baht. Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009 Berangkat dari Stasiun Hua Lam Phong, kereta 3rd class ini hanya menghabiskan uang 15 Baht per-orang. 15 Baht itu berarti sekitar 4500 rupiah, dengan waktu perjalanan 2 jam antara Bangkok-Ayutthaya. Benar kata Simon, keretanya kayu semua, dari bangku, badan kereta, sampai lantai-lantainya pun kayu. Dan di sini kami bebas memilih kursi di mana pun, walaupun sebenarnya lokasi kursi sudah tertera di tiket. Bagusnya, walaupun 3rd class, kereta ini bersih sekali, kami tidak menemukan sampah apapun di sini. Kami juga memperhatikan bahwa di Thailand, mereka sangat tepat waktu! Berangkat sesuai dengan jam yang ditentukan, dan sampai di tujuan sesuai pula dengan jam yang tertera di tiket kereta. Pulang dari Ayutthaya, kami lagi-lagi memesan tiket 3rd class, dengan harga 20 Baht per-orang. Lho, kami terheran-heran kenapa harganya tiba-tiba naik?? Petugas loketnya berusaha menjelaskan dengan susah payah berbahasa Inggris, tapi kami tetap tidak mengerti. Setelah kami cek tiketnya, ternyata sepertinya kali ini tipe kereta kami berbeda dengan kereta saat berangkat. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya kereta kami tiba. Rupanya benar, ternyata kereta yang sekarang ini bukan kereta kayu yang seperti sebelumnya. Kereta yang ini tampak lebih "eksklusif", eksklusif di sini artinya bangkunya lebih empuk, badan kereta & lantai kereta dari logam, selebihnya sih biasa saja. Di Bangkok kami juga mencoba menggunakan bus lokal, dari yang berlantai kayu hingga yang ber-AC, kami coba semua. Rata-rata tarif naik bus di sini sekitar 7 hingga 14 Baht. Bus lokal di sini biasanya punya 2 staff, satu sopir, dan satu lagi kondektur. Dua-duanya diberikan seragam & topi, biasanya berwarna hitam-hitam. Menariknya, kondekturnya rata-rata wanita. Cuma sekali saja kami naik bus yang kondekturnya pria.
Bus lokal di Bangkok, lantainya kayu! Dan kondekturnya rata-rata wanita. Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009 Ada cerita lucu waktu kami mencoba-coba untuk naik bus lokal ini. Waktu itu kami ingin ke Khaosan Road, yang katanya sih surga para backpacker di Bangkok. Berangkat dari Benchasiri Park di daerah Sukhumvit, kami coba bertanya kepada penjaga taman. Mana penjaga tamannya ngga ngerti bahasa Inggris sama sekali, akhirnya kami menggunakan bahasa tarzan (alias bahasa tubuh). Akhirnya dia mulai mengerti saat kami menyodorkan buku pedoman "Tips on Thailand" yang ada terjemahan bahasa Thailandnya, sambil menunjuk-nunjuk bagian "numbers" & peta Bangkok, dan bersahut-sahutan "Bus, bus number, to Khaosan Road!" Aha! Dia mulai mengangguk-angguk, dan menuliskan 2 nomer bus. Fuihhh... Setelah mengucapkan terimakasih ke penjaga taman, kami langsung mencari bus dengan nomer tersebut. Begitu naik ke atas bus, salah seorang teman saya kembali bertanya kepada kondektur sambil menunjuk-nunjuk peta ke arah Khaosan Road. Walah! Kondektur itu menggeleng-geleng, rupanya kami salah naik bus. Haiyaa... Untungnya kami dipersilahkan turun di pengkolan depan, lalu disuruh naik bus nomer lainnya, yang katanya mengarah ke Khaosan Road. Pas kami mau bayar, kondektur itu menolak dengan tegas. Waahhh... Baiknya! Turun dari bus, kami mencari bus dengan nomer rekomendasi dari kondektur tadi. Ah nemu! Kami langsung naik, dan kembali bertanya kepada kondektur tentang daerah tujuan kami. Ya ampuuunn, lagi-lagi kami salah naik bus. Tapi untungnya sih, lagi-lagi kami diturunkan di tempat yang agak jauh dan semakin mendekati Khaosan Road, dengan GRATIS. Kejadian itu berulang 2-3 kali lagi sampai akhirnya kami benar-benar tiba di Khaosan Road dengan sangat hemat! Karena kami hanya membayar satu kali tarif bus, sekitar 7-8 Baht. Hahaha! Padahal jaraknya lumayan jauh dari tempat kami berangkat tadi. Saat tiba di Khaosan Road, kami hanya bisa tertawa-tawa geli mengingat perjuangan dan cara kami hingga berhasil sampai di sana. Benar-benar deh, penduduk -eh- kondektur bus di Bangkok baik-baik banget! :D + + + + + The Backpacker's Notes - Travel on a Shoestring | explore the world, meet new people, visit new cultures, and see global wonders (on a budget!) http://backpacker-notes.blogspot.com/ http://twitter.com/BackpackerNotes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun