Dihitung-hitung, rasa-rasanya saya sudah sering gonta ganti dompet. Bukan karena laper mata, tapi karena tangan saya nggak tau kenapa kok gampang banget bikin dompet-dompet kotor dan jadi buluk. Dompet terakhir saya sebenarnya modelnya cantik. Saya suke, saya suke. Warnanya hitam dan ada lubang-lubang emas bermotif bunga. Cantik. Tapi enggak tau kenapa warna hitamnya lama-lama jadi ngelotok. Tapi mungkin karena udah lama juga sih. Pelajaran moralnya adalah :Â Terkadang yang cantik itu harus dijaga dengan sangat hati-hati supaya tetap cantik.
Nah, beberapa hari yang lalu saya memutuskan beli dompet baru. Saya putuskan beli yang 'agak mahalan dikit'. Modelnya simple banget. Tadinya saya suka model yang resleting semua, tapi sekarang lagi nyoba model baru, model bukaan dan banyak tempat buat kartu. Sangat efisien.
Bahan kulit, warna coklat, nggak ada emas-emas apalagi bunga-bunga. Terlihat sangat dewasa dan bijaksana. Jahitannya kokoh, ada pentul kecil di penutupnya. Disisi kanan ada tempat receh. Benang jahit warna putih mengelilingi tepian dompet, membuatnya tampak gahar. Â Mengesankan kesederhanaan, kekuatan, dan kebijaksanaan. (--,)
Nah, Aku berharap banyak darimu wahai dompet. Berjayalah, jangan mudah rusak, kuatlah!
Baiklah, cukuplah catatan nggak penting kali ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H