Kisah saya rasa-rasanya seperti jetcoaster. Kadang diatas, kadang dibawah, kadang berguling-guling, lalu jatuh dan berhenti. Yah, abaikanlah tulisan ini karena tulisan ini hanya tulisan alay seperti cabe-cabean yang sering nongkrong di taman sebelah kantor.
Baiklah. Setelah diputusin secara sepihak kemarin malam, saya pun bertekad kuat menjalani hidup seperti biasa. Berusaha tegar dan kuat. Kerja seperti biasa, main-main seperti biasa, bermalas-malasan seperti biasa pula. Lalu, setelah melewati proses move on yang lumayan cepat, tiba-tiba jetcoaster kembali membawa saya berguling-guling hingga mual dan pusing.
Jadi, beberapa minggu yang lalu pacarnya mantan saya yang sebelum ini (-sebelum diputusin sama pacar yang sekarang, saya pernah pacaran dan diputusin juga- T_T' ) nge add fesbuk saya. (kita sebut saja pacar yang kemaren itu mantan 2015, pacar yang sebelumnya  itu mantan 2014) Entah dengan tujuan apa dia nge-add saya, saya tak mau tahu. Tanpa pikir panjang, saya konfirm  permintaan pertemanannya itu. Saya pikir its oke lah, mungkin dia kepo dengan saya atau sekedar ingin tau kegiatan saya kayak gimana. Dan kebetulan waktu itu sayapun masih pacaran dengan mantan 2015, jadi nggak terlalu sakit hati lah. Nah, waktupun berlalu dengan cepat. Saya sibuk dengan dunia saya sendiri. Hingga akhirnya, saya mendapat kabar yang mengejutkan bertubi-tubi. Setelah diputusin mantan 2015, keesokan harinya saya lihat postingan si pacarnya mantan 2014  itu mamerin poto berdua. Insting kepo saya muncul seketika, langsung stalking status-statusnya, dan walaaa.. rupanya mereka habis menggelar sebuah acara. Entah maksudnya acara nikahan atau tunangan. T_T. Sebetulnya, saya sudah tidak ada rasa banyak sama si mantan 2014. Cuma, liat foto kemesraan mereka berdua dengan kondisi baru putus cinta, ya berat juga.
Seperti kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, dalam hening malam panjang saya merenung. Tetapi hasil perenungan tak kunjung menemukan jawaban. Saya pikir lama-lama bisa gila juga dengan perenungan sinting ini. Dan mengadulah saya kepada emak saya. Saya cerita semuanya ke emak sampai habis tak bersisa.
Emak orangnya sangat sederhana. SD pun tak lulus karena terlalu sibuk urus adik-adik dan  bantu kakek nenek jualan dipasar. Tetapi dibalik kesederhanaan dan kesusahan dimasa lampau nya itu justru membuat tekad Emak lebih tebal dari baja untuk membuat anak-anaknya hidup lebih layak dan berpendidikan. Dan seringkali, omongan dari orang-orang yang sederhana itu adalah emas. Karena dari sudut pandang berpikir yang sederhana itu, dapat membuat masalah menjadi sederhana pula.
Yah, just make it easy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H