***
Waktu terus berjalan, tak terasa sudah hampir lima bulan Dinda ditinggal kekasihnya. Satria selalu menyempatkan waktu untuk memberi kabar kepada Dinda walaupun tidak bisa setiap waktu. Â Hal itu tidak membuat hati Dinda bersedih. Dinda tahu resiko menjadi kekasih seorang prajurit. Mereka tidak bisa memberikan seluruh waktu layaknya lelaki di luar sana. Walaupun hanya satu menit kabar darinya, setidaknya Dinda tahu kekasihnya dalam keadaan baik-baik saja. Banyak hal yang bisa Dinda pelajari menjadi kekasih seorang abdi negara. Menjadi pendamping yang harus benar-benar setia saat ditinggal bertugas.
Hingga pada akhirnya ada sesuatu hal yang tidak dimengerti oleh Dinda. Beberapa waktu sikap Satria berubah total, yang awalnya penyayang, lembut, dan penuh canda tawa. Tiba-tiba menjadi kasar, pemarah, dan tidak peduli kepada Dinda. Disaat jarak memisahkan tetapi justru pertikaian selalu menghampiri.
[Kita sudahi saja hubungan ini]
Satria tiba-tiba mengirim pesan itu. Seketika tubuh Dinda membeku, setelah sekian lama menenun rindu, Satria malah menghancurkan hatinya. Segera ia membalas pesan Satria.
[Apa maksudnya Bang, Ade tidak mengerti. Abang sedang bercanda kan?]
Tidak ada lagi balasan dari Satria. Dinda berkali-kali menelepon Satria berharap akan ada jawaban. Namun usahanya sia-sia, ponsel Satria sudah tidak aktif lagi. Semakin hancur hati Dinda. Perpisahan yang tanpa alasan dan tanpa sebab. Bagaikan terhantam batu yang keras.
Berhari-hari Dinda menunggu kabar dari Satria. Semenjak kejadian itu Dinda menjadi pemurung dan kurang semangat. Dinda masih berharap hubungannya bisa diperbaiki lagi.
Beberapa hari setelah kejadian itu Dinda pun jatuh sakit sehingga harus izin tidak bekerja. Dinda juga tidak ingin masalahnya terbawa dalam perkerjaan. Dengan badan yang masih lemas Dinda pergi ke rumah Rere. Sampai di rumah Rere, Dinda tidak sengaja mendengar Rere sedang berbicara dengan seseorang diponsel.
"Tidak, Sat. Aku sayang sama kamu. Kamu tidak sendirian, aku akan selalu ada untuk kamu. Dinda memang tidak cocok untuk kamu. Kamu terlalu sempurna untuk orang pengkhianat seperti Dinda."Â
Mendengar hal itu hati Dinda seperti tersayat pisau. Sahabat baiknya tega mengucapkan seperti itu kepada kekasihnya.
"Maaf, Din... bukan maksudku begitu, tapi..." ucap Rere sambil mematikan telepon saat menyadari kehadiran Dinda.
Belum sempat Rere memberi penjelasan, Dinda sudah meninggalkan Rere tanpa kata. Tak pernah disangkanya, seorang sahabat yang begitu baik dimatanya tega mengkhianatinya.
Kejadian itu membuat Dinda dan Rere tak lagi saling berkomunikasi. Persahabatan mereka seketika renggang karena cinta. Beberapa waktu kemudian, tanpa sengaja Dinda kembali bertemu dengan teman kecilnya, Putra. Mereka terlihat asyik mengobrol di salah satu restoran di perbatasan kota. Pertemuan itu membuat mereka kembali bernostalgia tentang masa kecil mereka yang saling menjaga satu sama lain. Pada saat itu juga Putra tahu akan hubungan Dinda dan Satria.